ketika penanya bertanya kepada yang ditanya,
jawablah sang ditanya kepadanya, apa yang ada dalam pikirannya.
sang ditanya menjabarkan beberapa poin inti beserta alasannya,
mengapa ia menjawab sedemikian rupa.
lalu datang pertanyaan kedua, yang berkorelasi dengan pertanyaan pertama
yang ditanyakan kepada yang ditanya.
pertanyaannya tak tidak dihiraukan sang ditanya,
sang ditanya tak pula balik bertanya
ia menjabaran kembali pikirannya, respon akan apa yang ditanyakan sang penanya.
jawaban tak diterima.
sudah?? belum, belum....
pergilah sang ditanya keluar, bertemu beberapa kerabat.
bagaimana pertanyaannya?
tanya kerabat-kerabat yang bertanya
sang ditanya bercerita, bagaimana pertanyaan-pertanyaan itu ia selesaikan ia jawab
lalu berkatalah kerabat si ditanya kepadanya
bagaimana kau bisa mejawab pertanyaan-pertanyaan itu sedemikiannya?
tak kah kau berfikir lebih panjang akan jawaban untuk pertanyaan itu?
sang ditanya menjawab
sudah kutimbang didalam pikiranku akan jawaban pertanyaan
kulontarkan percaya tanpa tanda tanya
kecewa sang ditanya
kerabat lalu berkata kembali pada sang ditanya
kau harus kembali bertanya pada dirimu, bernarkah kau jawab pertanyaan-pertanyaan itu.
kau bisa nyatakan hal lain, buatlah jawaban lain.
yang lebih cocok dan diharapkan si penanya akan pertanyaan-pertanyaan itu.
berpisahlah sang ditanya dengan kerabatnya
bertanya sang ditanya akan pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan
kepada sang ditanya dalam dirinya
jadilah dirimu, orang bilang
pernyataan bukan pertanyaan
lalu saat sang ditanya menjawab dengan dirinya, dengan apa yang dia punya
tapi berbeda nyatanya
tak diterima jawaban pertanyaan itu oleh orang-orang yang bertanya.
jadilah dirimu, orang bilang.
pernyataan bukan pertanyaan.
pertanyaannya lalu: perlukah?